Kisah Seorang Mualaf yang Tersenyum Saat Sakaratul Maut Menjemput


Dia adalah seorang mualaf yang mengucapkan kata dua kalimah syahadat dibimbing ustad H Arifin Ilham, di Bogor.
“Sebelumnya dia adalah seorang pendeta,” ujar Ustad M Arifin Ilham ketika memberikan tablik akbar di hadapan jamaah di Banjarmasin dalam rangakaian tur tabliknya di beberapa kota diKalsel.
Karena belum mampu membaca Alquran dalam Bahasa Arab, maka si mantan pendeta itu memutuskan untuk mempelajari terjemahan Alquran terlebih dulu, sambil mencoba belajar membaca dengan bahasa dan huruf yang asli.
Suatu hari setelah, Ustad Ariffin Ilhan melakukan dakwah dan zikir di Penjara Nusakambangan, sepulang dari perjalanan itu dia ditemuyi sang mualaf yang sambil tersenyum mengatakan ingin menyampaikan kabar gembira.
“Saya sudah selesai mempelajari terjemahan Alquran Pa Ustad, insha Allah akan belajar mengaji,” ujar mualaf yang mantan pendeta tadi. Dalam percakapan itu, dia tak henti mengucapkan syukur telah memeluk islam dan telah mengetahui Alquran yang menjadi sumber hukum umat Islam.
Dan, sesuatu yang tak terduga terjadi. Setelah berbincang dan si mualaf masih dalam kondisi kegembiraan, tiba-tiba dia lunglai terduduk.
“Subhanallah dalam kondisi lemah itu mulutnya tak henti mengucap Laa ilaaha illallah. Saya letakan kepalanya di atas pangkuan saya sambil terus membantu dia mengucap kata yang agung itu. Tanpa disangka dia menemui ajalnya.
Sakratul mautnya sangat indah, dia dalam kondisi tersenyum sangat indah dengan penuutp kata Laa ilaaha illallah,” cerita Ustad Arifin Ilham tentang sahabatnya yang mantan seorang pendeta kemudian menjaid mualaf.

0 Response to "Kisah Seorang Mualaf yang Tersenyum Saat Sakaratul Maut Menjemput"

Post a Comment